Salah satu produsen mobil terbesar di Jepang mengambil langkah tegas untuk mengatasi kerugian beruntun yang mereka alami dalam dua tahun terakhir. Perusahaan tersebut mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 20.000 karyawan dan menutup beberapa pabrik utama di Asia Tenggara dan Amerika Utara.

Manajemen perusahaan menyatakan bahwa mereka perlu merestrukturisasi bisnis secara menyeluruh agar bisa bertahan di tengah naiknya biaya produksi, turunnya permintaan mobil konvensional, dan semakin ketatnya persaingan kendaraan listrik. Mereka juga menyusun ulang strategi pasar global untuk mengalihkan investasi ke pengembangan mobil listrik dan teknologi pintar.

Pabrik yang terdampak PHK terutama mengandalkan produksi kendaraan mesin pembakaran dalam (internal combustion engine). Seiring tren global yang bergerak cepat spaceman ke arah elektrifikasi, perusahaan memilih untuk mengurangi operasional di sektor yang sudah tidak efisien.

CEO perusahaan menegaskan bahwa langkah ini tidak mudah, tetapi mereka harus memprioritaskan kelangsungan bisnis jangka panjang. Ia juga berjanji untuk memberikan kompensasi penuh dan program pelatihan ulang bagi para pekerja yang terkena dampak.

Serikat pekerja langsung mengadakan pertemuan darurat dan menuntut perusahaan untuk membuka dialog transparan. Sementara itu, pemerintah daerah juga turun tangan untuk mengawal proses PHK agar tetap sesuai regulasi ketenagakerjaan.

Keputusan ini menunjukkan bahwa industri otomotif kini menghadapi tekanan besar untuk beradaptasi. Jika perusahaan lain tidak segera mengubah arah, mereka juga bisa mengalami nasib serupa dalam waktu dekat.

By admin